~)/\/\/\/\/\/\/\/
welcome at my blog
\/\/\/\/\/\(~

Cari Blog Ini

Senin, 28 November 2011

Sabtu, 29 Januari 2011

SEJARAH PASKIBRAKA
Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Istana Negara. Anggotanya berasal dari pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas kelas 1 atau 2. Penyeleksian anggotanya biasanya dilakukan sekitar bulan April untuk persiapan pengibaran pada 17 Agustus di beberapa tingkat wilayah, provinsi, dan nasional.


Sejarah
Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa.
Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan kebertulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.
Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.
Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Suharto, untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:
• Kelompok 17 / pengiring (pemandu),
• Kelompok 8 / pembawa (inti),
• Kelompok 45 / pengawal.
Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, marinir, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.

Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja.
Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih "Pasukan Pengerek Bendera Pusaka". Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut Paskibraka.


SEJARAH BENDERA PUSAKA

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi di jalan Pegangsaan timur 56 Jakarta. Setelah pernyataan Kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya secara resmi bendera kebangsaan merah putih dikibarkan oleh dua orang muda mudi dan dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat. Bendera ini dijahit tangan oleh ibu Fatmawati Soekarno dan bendera ini pula yang kemudian disebut “Bendera Pusaka”.
Bendera Pusaka berkibar siang malam ditengah hujan tembakan sampai ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Pada tanggal 4 Januari 1946 karena ada aksi terror yang dilakukan Belanda semakin meningkat, maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dengan menggunakan kereta api meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta.
Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresinya yang kedua. Pada saat Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia. Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu, terpaksa Bapak Hussein Mutahar harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Untuk mengetahui saat-saat penyelamatan Bendera Pusaka, maka terjadi percakapan yang merupakan perjanjian pribadi antara Presiden Soekarno dan Bapak Hussein Mutahar yang terdapat dalam Buku Bung Karno “Penyambung Lidah rakyat Indonesia” karya Cindy Adams:
“Tindakanku yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno, Pen).” Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu,” kataku ringkas. Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Disatu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam menyelamatkan Bendera ini, percayakan tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkan ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya. Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdoa. Disekeliling kami bom berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota. Tanggung jawabnya sungguh berat. Akhirnya ia memecahkan kesulitan ini dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua belahan dari bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan antara Bendera Pusaka yang telah dijahit tangan Ibu Fatmawati Soekarno berhasil dipisahkan. Setelah Bendera Pusaka dipisahkan menjadi dua maka masing-masing bagian yaitu merah dan putih dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Hussein Mutahar, selanjutnya pada kedua tas tersebut dimasukkan seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya. Bendera Pusaka ini dipisah menjadi dua karena Bapak Hussein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa apabila Bendera Pusaka ini dipisah maka tidak dapat disebut bendera, karena hanya berupa dua carik kain merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.

Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap dan diasingkan, Kemudian Bapak Hussein Mutahar dan beberapa staf Keprisidenan juga ditangkap dan diangkut dengan pesawat dakota. Ternyata mereka di bawa ke Semarang dan di tahan di sana. Pada saat menjadi tahanan kota, Bapak Hussein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.
Di Jakarta beliau menginap di rumah Bapak R. Said Soekanto Tjokroaminoto (Kapolri I). Beliau selalu mencari informasi bagaimana caranya agar ia dapat segera menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juli 1948, pada pagi hari Bapak Hussein Mutahar menerima pemberitahuan dari Bapak Sudjono yang tinggal di Oranje Boulevard (sekarang Jl. Diponegoro) Jakarta, isi pemberitahuan itu adalah bahwa surat pribadi dari Presiden Soekarno yang ditujukan kepada Bapak Hussein Mutahar. Pada sore harinya surat itu diambil beliau dan ternyata benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Hussein Mutahar supaya menyerahkan Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Sudjono, selanjutnya agar Bendera Pusaka tersebut dapat dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno di Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Hussein Mutahar datang ke Bangka untukmenyerahkan sendiri Bendera Pusaka langsung kepada beliau (Presiden Soekarno), tetapi menjadi kerahasiaan perjalanan Bendera Bangka.
Sebab orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta yang tidak diperbolehkan mengunjungi ketempat pengasingan Presiden pada waktu itu hanyalah warga-warga Delegasi Republik Indonesia, antara lain : Bapak Sudjono, sedangkan bapak Hussein Mutahar bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Sudjono ke Bangka, maka dengan meminjam mesin jahit milik seorang istri dokter.Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua dijahit kembali oleh Bapak Hussein Mutahar persis lubang bekas jahitan aslinya. Tetapi sekitar 2 cm dari ujung bendera ada kesalahan jahit. Selanjutnya Bendera Pusaka ini dibungkus dengan kertas koran dan diserahkan kepada Presiden Soekarno dengan Bapak Hussein Mutahar seperti yang dije4laskan di atas.
Setelah berhasil menyelamatkan Bendera Pusaka, beliau tidak lagi menangani masalah pengibaran Bendera Pusaka.
*) sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh
Bapak Hussein Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan Bintang
Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan oleh Presiden Soekarno.

12 DASAR PBB

1. Pengertian Baris Berbaris
Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu organisasi
masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan tertentu.
2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :
1. Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat membedakan hak dan
kewajiban
2. Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa semangat kebersamaan
Tujuan dari PBB adalah :
menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin sehingga dengan
demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu, dan
secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan adalah
mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok tersebut sampai dengan
sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta adanya ikatan batin yang
sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang hakikatnya
tidak lain dari pada keihklasan, penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.
3. Aba – aba
1. Pengertian
Suatu perintah yang di berikan oleh seorang Komandan kepada pasukannya, untuk di
laksanakan secara serentak atau berturut-turut.
2. Macam aba-aba
1. Aba-aba petunjuk
Di gunakan bila perlu untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan / pelaksanaan.
2. Aba-aba peringatan
Inti perintah yang cukup jelas untuk dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
3. Aba-aba pelaksanaan
1. Ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk / peringatan dengan
serentak atau berturut-turut.
2. Aba-aba pelaksanaan yang di pakai :
1. GERAK
Untuk gerak-gerakan tanpa meninggalkan tempat menggunakan kaki atau anggota tubuh lain
baik dalam berhenti maupun berjalan.
2. JALAN
Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
Catatan : Bila gerakan meninggalkan tempat itu tidak terbatas jaraknya, maka di dahului dengan
aba-aba peringatan ” maju ”.
3. MULAI
Untuk pelaksanaan perintah yang harus di kerjakan berturut-turut.
4. Gerakan Perorangan Tanpa Senjata / Gerakan Dasar

1. Sikap Sempurna
1. Aba –aba : ” Siap – GERAK ”
2. Pelaksanaan :

o
1. Badan / tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki merupakan
sudut 60o
2. Lutut lurus, paha rapat, berat badan di kedua kaki.

o
1. Perut di tari sedikit, dada di busungkan, pundak di tarik ke belakang dan
tidak di naikan.
2. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari tangan
menggenggam tidak terpaksa, rapat di paha.

o
1. Ibu jari segaris dengan jahitan celana.

o
1. Leher lurus, dagu di tarik, mulut di tutup, gigi rapat, mata lurus ke depan,
bernafas wajar.
2. Istirahat
1. Aba-aba : ” Istirahat Ditempat – GERAK ”
2. Pelaksanaan :

1.
1. Kaki kiri di pindahkan kesamping kiri, sepanjang telapak kaki ( ± 30 cm ).
2. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di bawah pinggang, punggung
tangan kanan di atas telapak tangan kiri, tangan kanan di kepalkan
dengan di lepaskan, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di
antara ibu jari dan telunjuk serta kedua lengangan di lemaskan.
3. Dapat bergerak.
3. Lencang Kanan / Kiri
1. Hanya dalam bentuk bersaf.
2. aba-aba : ” Lencang kana / kiri – GERAK ”
3. Pelaksanaan :

o
1. Mengangkat tangan kanan / kiri ke samping, jari-jari tangan kanan / kiri
menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.
2. Bersamaan dengan ini kepala di palingkan ke kanan / kiri, kecuali
penjuru kana / kiri.
3. Masing-masing meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang di
sebelah kanan / kiri-nya.
4. Jari-jari menyentuh bahu orang yang di sebelah kanan / kirinya.
Catatan :
1. Bila bersaf tiga, saf tengah belakang, kecuali penjuru, setelah meluruskan ke depan, ikut
pula memalingkan muka ke samping dengan tidak mengangkat tangan.
2. Penjuru saf tengah dan belakang, mengambil antara kedepan setelah lurus menurunkan
tangan.
3. Pada aba-aba : ” Tegak GERAK ”, semua dengan serentak menurunkan lengan dan
memalingkan muka kembali ke depan.
4. Setengah Lencang Kanan / Kiri
1. Aba-aba : ” Setengah Lengan Lencang Kanan – GERAK ”
2. Pelaksanaan :

1. Seperti pelaksanaan lencang kanan, tetapi tangan kanan / kiri di pinggang (
bertolak pinggang ) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri di
sebelahnya.
2. Pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari lainnya
rapat satu sama lain di sebelah depan.
3. Pada aba-aba ” Tegak Gerak ” = Seperti pada aba-aba lencang kanan.
5. Lencang Depan
1. Hanya dalam bentuk banjar.
2. Aba-aba : ” Lencang Depan – GERAK ”
3. Pelaksanaan :

1. Penjuru tetap sikap sempurna.
2. Nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan ke
depan.
3. Lengan kanan lurus, tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke
atas, mengambil jarak atau satu lengan dan di tambah dua kepal.
4. Pada aba-aba ”Tegak Gerak ”, semua dengan serentak menurunkan tangan
kembali ke sikap sempurna.
6. Berhitung
1. Aba-aba : ”Hitung – MULAI ”
2. Pelaksanaan :

1. Jika bersaf,penjuru tetap melihat ke depan, saf depan memalingkan muka ke
kanan.
2. Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut mulai dari penjuru menyebut nomor,
sambil memalingkan muka ke depan.
3. Jika berbanjar, semua dalam keadaan sikap sempurna.
4. Pada aba-aba pelaksanaan, mulai penjuru kanan depan berturut-turut ke
belakang.
5. Penyebutan nomor di ucapkan penuh.
7. Perubahan Arah
1. Hadap kanan / kiri
a. Aba-aba : ” Hadap kanan / kiri – GERAK ”
b. Pelaksanaan :

1. Kaki kanan / kiri melintang di depan kaki kanan / kiri, lekuk kaki kanan / kiri
berada di ujung kaki kanan / kiri, berat badan berpindah ke kaki kanan / kiri.
2. Tumit kaki kanan / kiri dengan badan di putar ke kanan 90o.
3. Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali seperti sikap sempurna.
2. Hadap serong kanan / kiri
a. Aba-aba : ” Hadap serong kanan / kiri – GERAK ”.
b. Pelaksanaan :

1. Kaki kanan / kiri di ajukan ke depan, sejajar dengan kaki kanan / kiri.
2. Berputar arah 45o ke kanan / kiri.
3. Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali ke kaki kanan / kiri.
3. Balik kanan
a. Aba-aba : ” Balik kanan – GERAK ”
b. Pelaksanaan :

1. Kaki kiri di ajukan melintang ( lebih dalam dari hadap kanan ) di depan kaki
kanan.
2. Tumit kaki kanan beserta badan di putar ke kanan 180o.
3. Kaki kiri di rapatkan pada kaki kanan.
8. Membuka / Menutup Barisan
1. Buka barisan
a. Aba –aba : ” Buka Barisan – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Regu kanan dan kiri, masing-masing kembali membuat satu langkah ke samping kanan /
kiri, sedangkan regu tengah tetap.
9. Bubar
1. Aba-aba : ” Bubar jalan ”
2. Pelaksanaan :

1. Memalingkan muka ke arah komandan dan memberi hormat ( sesuai PPM )
2. Setelah di balas, kembali bersikap sempurna, balik kanan,menghitung dua
hitungan dalam hati, mengayuhkan kaki kiri ke depan dengan hentakan
bersamaan dengan itu lengan kanan di ayun setinggi pundak kemudian bubar.
10. Berhimpun
1. Aba-aba : ” Berkumpul – MULAI ”
2. Pelaksanaan :

1. Semua anggota datang di depan Komandan dengan berdiri bebas,dengan jarak
tiga langkah
2. Bentuk mengikat, jumlah saf tidak mengikat.
11. Berkumpul
1. Berkumpul bersaf
1. Aba-aba : ” Bersaf kumpul – MULAI ”
2. Pelaksanan :

1. Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru,untuk berdiri kurang lebih 4
langkah di depannya.
2. Anggota lainnya berdiri di samping kiri penjuru dan berturut-turut meluruskan diri
( lencang kanan )
3. Penjuru melihat ke kiri, setelah lurus, memberi isyarat dengan perkataan ” Lurus

4. Pada isyarat ini semua anggota menurunkan tangan dan kembali bersikap
sempurna
5. Bila bersenjata, sebelum meluruskan, letakan senjata di pundak kiri terlebih
dahulu.
2. Berkumpul Berbanjar
a. Aba- aba : ” Berbanjar kumpul MULAI ”
b. Pelaksanaan :

1. Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru, untuk berdiri kurang lebih 4
langkah di depannya.
2. Anggota lainya berdiri di belakang penjuru dan berturut-turut meluruskan diri.
3. Anggota yang paling belakang, melihat ke depan setelah lurus memberi isyarat
dengan perkataan ” Lurus ”
4. Pada isyarat ini semua anggota menurunkan lengannya dan kembali ke sikap
sempurna.
5. Bila bersenjata sebelum meluruskan, letakan senjata di pundak kiri terlebih
dahulu.
12. Meninggalkan Barisan
1. Bila pelatih memberikan perintah kepada anggota dalam barisan

1. Terlebih dahulu anggota tersebut di panggil keluar dari barisan
2. Perintah di berikan bila anggota telah berdiri dalam sikap sempurna.
3. Yang menerima perintah harus mengulangi perintah tersebut.
2. Bila anggota yang akan minta izin

1. Mengambil sikap sempurna dahulu
2. Mengangkat tangan kanannya ke atas ( tangan di buka jari-jari dirapatkan )
3. Menyampaikan maksudnya.
4. Setelah mendapat izin, ia keluar dari barisan tanpa menunggu anggota lainnya.
a. Panjang, Tempo Dan Macam Langkah
1. Langkah dapat di bedakan sbb :
Macam Langkah Panjang Tempo

1. a. Langkah biasa 70 cm 96 menit
2. b. Langkah tegap 70 cm 96 menit
3. c. Langkah perlahan 40 cm 30 menit
4. d. Langkah ke samping 40 cm 70 menit
5. e. Langkah ke belakang 40 cm 70 menit
6. f. Langkah ke depan 60 cm 70 menit
7. g. Langkah di waktu lari 80 cm 165 menit
2. Panjang langkah di ukur dari tumit ke tumit
b. Maju Jalan
1. Dari sikap sempurna
a. Aba-aba : ” Maju Jalan ”
b. Pelakasanaan :

1. Kaki kiri di ayun ke depan, lutut lurus telapak kaki diangkat sejajar dengan tanah
setinggi 15 cm kemudian di hentakan ke tanah dengan jarak setengah langkah,
selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
2. Langkah pertama di lakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke depan
90o lengan kiri 30o
3. Langkah-langkah selanjutnya lengan atas dan bawah di lenggangkan ke depan
45o dan ke belakang 300
4. Dilarang keras berbicara, melihat ke kanan / kiri.
c. Langkah Biasa

1. Pada waktu berjalan kepala dan badan seperti sikap sempurna.
2. Waktu mengayunkan kaki ke depan, lutut di bengkokan sedikit ( kaki tidak di
seret ).
3. Di letakan sesuai dengan jarak yang di tentukan.
4. Langkah kaki seperti jalan biasa.
5. Pertama tumit di letakan di tanah selanjutnya seluruh kaki.
6. Lengan berlenggang wajar, lurus ke depan dan belakang.
7. Jari-jari tangan menggenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari
menghadap ke atas.
d. Langkah Tegap
1. Dari sikap sempurna
a. Aba-aba : ” Langkah Tegap Maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :

1. Mulai berjalan dengan kaki kiri setengah langkah,selanjutnya seperti jalan biasa
dengan cara kaki di hentakan terus menerus.
2. Telapak kaki rapat / sejajar dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh dianggat
tinggi.
3. Bersamaan dengan langkah pertama, genggaman tangan di buka, hingga jari-jari
lurus dan rapat.
4. Lenggang tangan ke depan 900, ke belakang 300.
2. Dari Langkah Biasa
a. Aba-aba : ” Langkah Tegap JALAN ”
b. Pelaksanaan :

1. Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah
2. Perubahan tangan dari menggenggam ke terbuka di lakukan bersamaan dengan
hentakan kaki.
3. Kembali ke langkah biasa
a. Aba-aba : ” Langkah Biasa JALAN ”
b. Pelaksanaan :

1. Di berikan pada waktu kaki kiri / kanan jatuh di tanah di tambah satu langkah.
2. Langkah pertama di hentakan,bersamaan dengan itu tangan kembali
menggenggam.

1. Catatan : Dalam keadaan berjalan, cukup menggunakan aba-aba peringatan :
Langkah tegap / biasa jalan pada perubahan langkah.
e. Langkah Perlahan
1. Untuk berkabung ( mengantar jenazah ) dalam upacara kemiliteran.
a. Aba-aba : ” Langkah perlahan maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :

1. Kaki kiri di langkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak tanah di susul
dengan kaki kanan di tarik ke depan dan di tahan sebentar di sebelah mata kaki
kiri, kemudian di lanjutkan di tapakan di depan kaki kiri.

1. Tapak kaki pada saat melangkah ( menginjak tanah ) tidak di hentikan.
2. Berhenti dari langkah perlahan
a. Aba-aba : ” Henti GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.
Selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan pada kaki kanan / kiri menurut irama langkah
biasa dan kembali sikap sempurna.
f. Langkah Kesamping / Kebelakang / Depan
1. Aba-aba……….Langkah ke samping/Kebelakang/Kedepan – JALAN
2. Pelaksanaan :
1.
a. Kaki kanan / kiri di langkahkan ke samping / kekanan / kedepan sepanjang /
sesuai ketentuan.
b. Selanjutnya kaki kiri / kanan di rapatkan pada kaki kanan / kiri.
c. Badan tetap pada sikap sempurna, tangan tidak melenggang.
d. Hanya boleh dilakukan sebanyak – banyaknya 4 langkah.
e. Khusus untuk langkah ke depan, gerakan dilakukan dengan langkah tegap.
g. Langkah di Waktu Lari
1. Dari sikap sempurna :
a. Aba-aba : ” Langkah Maju-JALAN ”
b. Pelaksanaan :

1. Pada aba-aba peringatan, kedua tangan di kepalkan dengan lemas di letakan di
pinggang sebelah depan dengan punggung tangan menghadap ke luar, kedua
siku sedikit ke belakang.
2. Pada aba-aba pelaksanaan, di mulai lari dengan menghentakan kaki setengah
langkah dan selanjutnya lari menurut panjang langkah.
2. Dari Langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Lari – JALAN ”
b. Pelaksanaan :

1. Pada aba-aba peringatan, sama dengan di atas.
2. 2. Pada aba-aba pelaksanaan, di berikan pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah di
tambah satu langkah.
3. Kembali ke langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Langkah biasa – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah tiga lankah kemudian berjalan
biasa, di mulai dengan kaki kiri di hentakan, bersamaan dengan itu kedua lengan di
lenggangakan.
4. Berhenti dari berlari
1. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah tiga Langkah,
selanjutnya kaki di rapatkan, kedua di turunkan, kembali bersikap sempurna.
h. Ganti Langkah
1. Aba-aba : ” Ganti Langkah JALAN ”
2. Pelaksanaan :

1. Gerakan dapat di lakukan pada waktu langkah biasa / tegap.
2. Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.
3. Ujung kaki kanan / kiri yang sedang di belakang di rapatkan dengan tumit kaki
sebelahnya.
4. Bersamaan dengan itu lenggang tangan di hentikan tanpa di rapatkan di paha.
5. Selanjutnya di sesuaikan dengan langkah baru.
6. Gerakan ini di lakukan dalam satu hitungan.
i. Jalan di Tempat
1. Dari sikap sempurna :
1. Aba-aba : ” Jalan ditempat – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
* Di mulai dengan kaki kiri, lutut berganti – ganti diangkat hingga paha rata-rata.
* Ujung kaki menuju ke bawah, tempo langkah sesuai langkah biasa.
* Badan tegak, pandangan lurus ke depan dan lengan di rapatkan pada badan ( tidak
melenggang )
2. Dari Langkah Biasa :
1. Aba-aba : ” Jalan di tempat – Gerak ”
2. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah kemudian
jalan di tempat.
3. Dari Jalan di Tempat ke Langkah Biasa :
1. Aba-aba ; ” Maju – JALAN ”
2. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah dan mulai berjalan
dengan menghentakan kaki kiri setengah langkah ke depan.
4. Dari Jalan di Tempat ke Berhenti :
1. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah, selanjutnya
kaki kanan / kiri di rapatkan.
J. Berhenti
1. Aba-aba : ” Henti GERAK ”
2. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh ditanah di tambah satu langkah, selanjutnya
kaki kanan / kiri dirapatkan.
k. Hormat Kanan / Kiri
1. Gerakan Hormat kanan / kiri
1. Aba-aba hormat kanan kiri – GERAK ”
2. Pelaksanaan :

1. Gerakan dilakukan pada waktu langkah tegap.
2. Di berikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah di tambah satu langkah
3. langkah berikutnya di hentakan.
4. Bersamaan dengan itu tangan kanan diangkat ke arah pelipis ( PPM ) kepala di
palingkan dan pandangan mata di arahkan kepada yang di beri hormat sampai
450 hingga ada aba-aba ”Tegak gerak ”
5. Penjuru kanan / kiri tetap melihat kedepan untuk memelihara arah.
6. Lengan kiri tidak melenggang, rapat pada badan, pada waktu menyampaikan
penghormatan.
2. Gerakan Selesai Menghormat :
1. Aba-aba : ” Tegak – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, ditambah satu langkah, langkah
berikutnya di hentakan.
Bersamaan dengan itu lengan kanan maupun kiri kembali melenggang, pandangan
kembali kedepan.
l. Perubahan Arah Dari Berhenti ke Berjalan
1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan :
1. Aba-aba : ” Hadap Kanan / Kiri ” Maju – JALAN ”
2. Pelaksanaan :

1. Membuat gerakan hadap kanan / kiri.
2. Pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan
seperti gerakan maju jalan.
2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan
1. Aba-aba : ” Hadap Serong kanan / kiri – JALAN ”
2. Pelaksanaan :

1. Membuat gerakan hadap serong kanan / kiri
2. Gerakan selanjutnya sama sepetri diatas
3. Balik Kanan Maju Jalan
1. Aba-aba : ” Balik Kanan maju – JALAN ”
2. Pelaksanaan :

1. Membuat gerakan balik Kanan
2. Gerakan selanjutnya sama seperti di atas.
4. Ke Belok Kanan / Kiri Maju Jalan :
1. Aba-aba : ” Belok kanan / kiri maju – JALAN ”
2. Pelaksanaan :

1. Penjuru merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai berjalan ke arah tertentu.
2. Anggota lainnya mengikuti.
j. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berjalan
1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan.
2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan.
3. Ke Balik kanan maju jalan.
1. Aba-aba disesuaikan
2. Pelaksanaan :
1.
a. Aba-aba pelaksanaan jatuh pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah
satu langkah.
b. Melakukan gerakan-gerakan hadap kanan / kiri hadap serong kanan / kiri, balik
kanan / kiri.
c. Gerakan selanjutnya, pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan,
tetapi dilangkahkan.
4. Ke Belok Kanan / Kiri
a. Aba-aba : ” Belok kanan / Kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :

a. Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah.
b. Penjuru depan merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai jalan ke arah yang
baru.
c. Anggota lainnya mengikuti.
Catatan :
1.
a. Aba-aba : ” Dua kali belok kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :

a. # Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
b. # Setelah dua langkah berjalan, kemudian melakukan gerakan belok kanan / kiri
– jalan.
2.
a. Aba-aba : ” Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan / kiri – JALAN”
b. Pelaksanaan :

a. Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
b. Setelah dua langkah berjalan, tiap-tiap banjar melakukan belok kanan / kiri, pada
tempat dimana aba- aba di berikan.
c. Perubahan arah 1800.
k. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berhenti
1. Ke hadap kanan / kiri berhenti
2. Ke hadap serong kanan / kiri berhenti
3. Ke balik kanan berhenti
a. Aba-aba Hadap kanan / kiri – henti GERAK

a. Hadap serong kanan / kiri henti GERAK
b. Balik kanan henti – GERAK
b. Pelaksanaan :

a. Aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu
tanah.
b. Melakukan hadap kanan / kiri, hadap serong kanan / kiri, balik kanan.
c. Pada hitungan ketiga, kaki kanan / kiri di rapatkan,kembali ke sikap sempurna.
l. Haluan Kanan / Kiri
Gerakan ini hanya dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah bentuk.
1. Berhenti ke Berhenti
a. Aba-aba : ” Halauan Kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1.
a. Pada aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan / kiri jalan di tempat,dengan merubah
arah secara perlahan-lahan sampai 900.
b. Bersamaan dengan ini saf mulai maju, sambil meluruskan safnya, hingga
merubah arah 900, kemudian berjalan di tempat.
c. Setelah penjuru kanan / kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ”
LURUS ”.
d. Kemudian Komandan memberi aba-aba Henti – Gerak .
2. Berhenti ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
1.
a. Gerakan seperti tersebut di atas
b. Setelah aba-aba ” Maju – Jalan ” ,pasukan mulai berjalan.( aba-aba di berikan
Komandan ).
3. Berjalan ke Berhenti
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri – jalan ”
b. Pelaksanaan :
1.
a. Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
b. Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat
”LURUS”.
c. Pelatih memberi aba-aba ” Henti – Jalan ”
4. Berjalan ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
1.
a. Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
b. Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat
”LURUS”.
c. Pelatih memberi aba-aba ” Maju – Jalan ”
d. Seluruhnya melaksanakan berjalan.
m. Melintang Kanan / Kiri
Gerakan ini di lakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk pasukan menjadi bersaf
dengan arah tetap.
1. Berhenti ke Berhenti
a. Aba-aba ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri, kemudian barisan mebuat
gerakan Haluan kiri / kanan.
2. Berhenti ke Berjalan
a. Aba-aba : Melintang kanan / kiri maju – Jalan ”
b. Pelaksanaan :

a. Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri kemudian
barisan membuat gerakan haluan kanan / kiri.
b. Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.
3. Berjalan ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Melintang Kanan / kiri Maju-Jalan ”
b. Pelaksanaan :

a. Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan
haluan kiri / kanan.
b. Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.
4. Berhenti ke Berhenti
a. aba-aba : ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
b. Pelaksanaan :

a. Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan
haluan kiri / kanan.
b. Setelah aba-aba Henti – Gerak, seluruhnya kembali ke sikap sempurna.

TATA UPACARA BENDERA (TUB)
ARTI
Tata : mengatur, menata, menyusun
Upa : rangkaian
Cara : tindakan, gerakan
Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerkan yang dirangkaikan dan ditata dengan tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.
SEJARAH
Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.
DASAR HUKUM
1. Pancasila
2. UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)
3. Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)
MAKSUD DAN TUJUAN
a. untuk memperolah suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian dari seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.
b. menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan bagi para siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya kemampuan dan ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam maupun luar sekolah, yang akan dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

PEJABAT UPACARA
a. Pembina Upacara
b. Pemimpin Upacara
c. Pengatur Upacara
d. Pembawa Upacara
PETUGAS UPACARA
a. Pembawa naskah Pancasila
b. Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Pembaca Do’a
d. Pemimpin Lagu
e. Kelompok Pengibar / Penurun Bendera
f. Kelompok Pembawa Lagu
g. Cadangan tiap perangkat
PERLENGKAPAN UPACARA
1. Bendera Merah Putih
Ukuran perbandingan 2 : 3
Ukuran terbesar 2 X 3 meter
Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter

2. Tiang Bendera
Minimal 5 meter maksimal 17 meter
Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 5
3. Tali Bendera
Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar dan bukan tali plastik
4. Naskah-naskah
a. Pancasila
b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Naskah Do’a
d. Naskah Acara

Sabtu, 28 Agustus 2010

tentang scanner

scanner adalah sebuah alat input yang berfungsi sebagai penghasil gambar digital(image digitizer). Cara kerja scanner dalam membaca gambar ada kemiripan dengan mesin foto kopi, namun tidak seperti fotokopi dimana hasil pembacaan tersebut berupa hasil cetakan dalam lembar kertas dari citra yang dibaca, scanner akan menampilkan hasilnya di layar monitor untuk dapat di simpan sebagai sebuah file digital.


Scanner dalam bahasa Inggris berasal dari kata dasar scan yang dalam Bahasa Indonesia sering dipadankan dengan istilah pindai, sehingga dalam Bahasa Indonesia scanner adalah mesin pemindai atau cukup disebut pemindai saja. Istilah pindai sendiri memang bukan istilah yang umum diucapkan atau didengar. Arti dari pindai sendiri adalah melihat dengan teliti dan seksama, sehingga kurang lebih maksud dari pemindai adalah alat yang dapat membaca data dengan teliti dan seksama.



Untuk keperluan pribadi, penggunaan yang umum dari scanner adalah sebagai penyimpan gambar, baik itu foto, surat-surat penting seperti ijazah, atau berita dari Koran dalam bentuk file dijital. Jika diperlukan file dijital itu sewaktu-waktu dapat dicetak. Jadi jika anda memiliki foto, surat-surat berharga atau sekedar artikel dari majalah yang anda anggap penting, dan anda tidak menginginkankehilangan data tersebut, ada baiknya anda menyimpannya dalam bentuk file digital.



Di dalam bidang seni multimedia, seperti bidang animasi, para animator menggunakan scanner untuk memindahkan rancangan bentuk-bentuk dasar dari gambar yang akan diolahnya. Misalnya tokoh di dalam film kartun akan digambar dengan tangan menggunakan pensil, kemudian hasilnya akan di-scan. Selanjutnya dengan perangkat lunak animasi, rancangan tersebut akan diberi pewarnaan dan efek-efek tertentuk untuk menghasilkan sebuah karya animasi.



manfaat dan cara penggunaannya:
1. Flat bed
Jenis ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai, karena harganya relatif paling murah, cocok untuk penggunaan pribadi. Jenis ini dapat dicirikan dari bentuknya yang persegi panjang. Memiliki sebuah papan penutup, dan lapisan kaca tempat meletakkan gambar. Untuk menggunakannya anda harus meletakkan gambar satu persatu untuk setiap pengambilan gambar.

2. utomatic Document Feeder
Jenis ini memiliki kelebihan kemudahan dalam penggunaan. Anda dapat meletakkan gambar-gambar yang akan dibaca, selanjutnya alat ini secara otomatis akan mengambil sendiri gambar-gambar tersebut dan membacanya, untuk selanjutnya disimpan sebagai file dijital. Harganya sudah tentu lebih mahal dibanding jenis flat bed. Jenis ini memang cocok untuk perkantoran yang memiliki banyak gambar yang akan di-scan.

3. andheld
Jenis ini membutuhkan keterampilan yang lebih dari penggunanya. Pengguna dengan tangannya akan menggerakan scanner ini di atas gambar yang akan dibacanya. Karena proses pembacaan data oleh scanner sangat sensitif, maka gambar yang dihasilkan kualitasnya kurang baik, akibat kecepatan gerakan yang tidak rata. Umumnya scanner jenis ini bersifat monochrome, atau tepatnya hanya dapat menghasilkan warna hitam putih saja.
4. Drum
Jenis ini adalah jenis-jenis yang awal dikembangkan . Jenis ini menggunakan photomultiplier tubes (PMT) untuk membaca data gambar. Jenis ini menghasilkan kualitas yang lebih baik di banding jenis lainnya. Namun karena harganya relatif mahal, maka jenis ini sudah tidak banyak digunakan. Banyak orang beralih menggunakan jenis flatbed berkualitas tinggi. Tetapi jenis ini masih tetap digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan kualitas yang baik, seperti museum atau seniman yang akan menyimpan hasil kerja seninya.



Atribut Scanner

Dalam menggunakan scanner perlu diperhatikan beberapa sebuah scanner, atribut-atribut yang dimaksud adalah :

1. Jenis Pewarnaan Jika anda sedang men-scan lembar tulisan, ada baiknya anda mengatur warna hitam putih saja, tetapi jika anda ingin men-scan sebuah foto berwsarna atau sebuah lukisan, maka gunakanlah jenis pewarnaan true color yang membutuhkan resolusi tinggi.
2. Resolusi Resolusi menentukan seberapa detil sebuah gambar dapat diambil. Jika gambar tersusun atas titik-titik, maka resolusi gambar menentukan seberapa banyak titik penyusun gambar per wilayah. Dalam konsep gambar dijital, wilayah gambar tersusun atas satuan yag disebut pixel(picture element). Titik-titik tersebut adalah data yang dibaca oleh CCD. Semakin banyak CCD yang digunakan berarti resolusi yang dihasilkan dapat semakin tinggi. Namun perlu diketahui bahwa terdapat dua jenis resolusi, pertama adalah resolusi optis, yaitu resolusi yang dihasilkan CCD. Kedua adalah resolusi interpolasi, yaitu resolusi yang dihasilkan dari interpolasi perangkat lunak. Semakin besar resolusi sebuah gambar, maka pada saat dicetak gambarnya akan semakin besar.



Komponen-komponen Scanner

Komponen-komponen yang dimaksud adalah komponen-komponen pada scanner flatbed. Komponen tersebut adalah :

1. Alas kaca
Alas kaca digunakan sebagai wadah dari gambar yang akan dibaca.
2. Sumber Cahaya
Sumber cahaya berupa lampu dengan intensitas cahaya cukup tinggi akan menghasilkan cahaya yang diarahkan ke gambar.
3. Sensor sinal pantulan
Jenis yang umum digunakan untuk jenis scanner flat bed adalah sensor CCD(charge-coupled devices). Alat ini berfungsi seperti mata yang akan membaca sinar pantulan dari gambar Untuk mengarahkan sampai ke CCD, cahaya pantulan dari gambar diarahkan dengan menggunakan sejumlah cermin dan lensa scanner.
4. Motor Stepper dan pita bergerigi
Karena data dibaca baris perbaris, maka dibutuhkan motor stepper dan pita bergerigi untuk menggerakan lampu dan CCD.
5. Penutup
Penutup digunakan untuk menghindari sinar luar yang masuk, sehingga data yang dibaca oleh CCD benar-benar data pantulan dari gambar yang sedang dibaca.

Selain komponen-komponen tersebut tentu masih ada banyak komponen lain, tetapi fungsi dan bentuknya dapat berbeda antara jenis scanner satu dan lainnnya.



Cara Kerja Scanner :

1. Gambar yang akan dipindai diletakan di atas permukaan kaca pemindai
2. Sebelum gambar dipindai, komputer akan menentukan seberapa jauh motor stepper yang membawa lampu akan maju, jaraknya ditentukan oleh panjang gambar dan posisi gambar di kaca pemindai.
3. Lampu mulai menyala dan motor stepper akan mulai berputar untuk menggerakkan lampu hingga posisi akhir gambar.
4. Cahaya yang dipancarkan lampu ke gambar akan segera dipantulkan,kemudian pantulan yang dihasilkan akan dibaca oleh sejumlah cermin menuju lensa scanner.
5. Cahaya pantulan tersebut akhirnya akan sampai ke sensor CCD
6. Sensor CCD akan mengukur intensitas cahaya dn panjang gelombang yang dipantulkan dan merubahnya menjadi tegangan listrik analog.
7. Tegangan analog tersebut akan diubah menjadi nilai dijital oleh alat pengubah ADC(analog to Digital)
8. Sinyal dijital dari sensor CCD akan dikirim ke papan lojik dan dikirimkan kembali ke computer dalam bentuk data dijital yang menunjukan warna pada titik-titik gambar yang dipantulkan.

Cara Kerja Scanner
Ketika kamu menekan tombol mouse untuk scanning yang terjadi adalah
1. Penekanan tombol mouse dari computer menggerakkan pengendali kecepatan pada mesin scanner. Mesin yang terletak dalam scanner tersebut mengendalikan proses pengiriman ke unit scanning.
2. Kemudian unit scanning menempatkan proses pengiriman ke tempat atau jalur yang sesuai untuk langsung memulai scanning.
3. Nyala lampu yang terlihat pada scanner menandakan bahwa kegiatan scanning sudah mulai dilakukan.
4. Setelah nyala lampu sudah tidak ada, berarti proses scan sudah selesai dan hasilnya dapat dilihat pada layar monitor.
5. Apabila hsil atau tampilan teks/gambar ingin dirubah, kita dapat menggunakan software-software atau aplikasi yang ada. Misalnya dengan Photoshop, Adobe dan lain-lain.

Jumat, 27 Agustus 2010

contoh proposal buka puasa bersama

PROPOSAL KEGIATAN
BUKA PUASA BERSAMA















PASKIBRA
SMP YAPERJASA

PASUKAN PENGIBAR BENDERA ( PASKIBRA )
SMP YAPERJASA
Jl. Belimbing Rt.008/07 Jagakarsa, Jakarta Selatan Tlp. 7875559

PROPOSAL KEGIATAN BUKA PUASA BERSAMA

I. PENDAHULUAN
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji Stukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, Shalawat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad S.A.W, beserta keluara, sahabat dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Salam dan kesejahteraan milik Allah semoga tercurah kepada makhluk yang paling mulia, paling utama, yang menjadi kekasih, hamba dan Rasul-Nya. Yakni, Muhamad SAW, yang menurunkan cahaya kebenaran, kemuliaan melalui agama Allah yang di ajarkannya tidak ada kebenarannnya.
Berbagai akibat dari pengaruh lingkungan sosial mempengaruhi tindakan manusia dalam hal bermasyarakat, tidak hanya perilaku positif melainkan banyak pula perilaku negatif yang terjadi akibat tindakan manusia. Guna meredam tindakan negatif tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan suatu kegiatan positif guna menyalurkan bakat dan ekspresi siswa di bulan yang penuh berkah ini yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan buka puasa bersama PASKIBRA SMP YAPERJASA.
Hal ini diharapkan agar generasi muda lebih santai dalam menghadapi hidup dan sedikit melepas ketegangan dalam rutinitas sehari-hari. Sehingga dengan cara ini diharapkan agar lebih saling mengenal dan berinteraksi dengan sesama generasi muda, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan menimbulkan ketenangan dan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pelaksanaan kehidupan yang aman dan tentram penuh dengan rasa kekeluargaan juga perlu diperhatikan oleh berbagai elemen maupun pihak yang bersangkutan seperti, mulai dari keluarga, lingkungan dan sekolah maupun pemerintahan sehingga akan tercipta kondisi yang harmonis diantara pelaku-pelaku sosial dalam lingkungan masyarakat.

Terlepas dari itu semua, tidak akan mencapai derajat taqwa, hati bersih, iman yang teguh, dan Islam Kaffah seseorang dengan berpuasa asal-asalan. Perlu diimbangi dengan niat yang sempurna, amalan yang dibenarkan oleh Al Qur’an dan As-Sunnah serta tata cara beribadah yang , para sahabat, dan para salafushpernah dituntun oleh Rosulullah sholih.
Sehingga kesempatan di bulan Ramadhon 1431 H ini, kami berkeinginan untuk mensyi’arkan betapa mulyanya syahrush shiyam dan mengisinya mengaruniakandengan berbagai aktivitas yang bermanfaat. Semoga Allah .kepada kita pengamalan puasa sesuai kitabullah dan Sunnatur Rosul.

II. DASAR LANDASAN
a) “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”(Q.S. Ali Imron 3:102)
b) “Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan puasa atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian termasuk orang-orang yang bertaqwa” (Q.S. Al Baqoroh 2:183)
c) “Barang siapa yang berpuasa di bulan ROMADHON karena beriman dan mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”(Al Hadits Ash Shohihah)
d) Barang siapa yang mendirikan malam di bulan ROMADHON karena beriman dan mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”(Al Hadits Ash Shohihah, Muttafaq Alaih)

III. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan dari penyelenggaraan kegiatan kompetisi Futsal ini di anataranya adalah :
a) Mendorong kaum muslimin dan muslimat untuk bertafaquh fiddin yang merupakan salah satu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan
b) Maidan peningkatan ibadah dan menghidupkan bulan suci ROMADHON dalam rangka meraih amal ukhrawi
c) Mempererat jalinan tali Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mengembangkan Ghirrah terhadap beragama Islam dengan keteguhan yang kuat
d) Mempererat tali silaturrahmi dan mengembangkan ghirroh terhadap agama Islam dengan keteguhan
e) Sarana bermuhasabah, bermunajat dan bertafakur bi fi’lillah


V. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN
Hari / Tnggal : Minggu, 29 Agustus 2010
Waktu : Pukul 16.30 s/d Selesai
Acara : Tadarusan Al – Qur’an
Buka puasa bersama
Silaturahmi
Tempat : Mushalla YAPERJASA



VI. ANGGARAN DANA

1. Pemasukan
Dari anggota 25 X Rp 10.000,- = Rp 250.000,-

2. Pengeluaran
Konsumsi = Rp 250.000,-



VII. PENUTUP

Demikianlah proposal ini kami susun dengan seideal mungkin dan serealistis mungkin. Keberhasilan dan kelancaran kegiatan ini tidak terlepas dari karunia dan petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kemudian peran serta aktif dari semua pihak.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan limpahan petunjuk dan kemudahan serta keridho’an-Nya, sehingga ini dapat berjalan seperti yang direncanakan. Hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala lah kita kembalikan semua urusan. Dialah yang mengetahui segala sesuatu yang ghaib.
Semoga kegiatan ini dapat memberikan suatu dampak yang bernilai positif dan bermanfaat bagi kita semua. Atas dukungan dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.


Jakarta, 18 Agustus 2010

Hormat kami,

Pelatih I Pelatih II Pelatih II
PASKIBRA SMP YAPERJASA PASKIBRA SMP YAPERJASA PASKIBRA SMP YAPERJASA


( ............... ) ( ............. ) ( ............. )


Mengetahui,
Kepala sekolah Pembina OSIS
SMP YAPERJASA SMP YAPERJASA


( ........... ) ( ................ )

Minggu, 18 Oktober 2009

laskar pelangi

Nidji
Laskar Pelangi lyrics
Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya

Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Raih bintang di jiwa

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersukurlah pada yang kuasa
Cinta kita di dunia

Selamanya...

Cinta kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita

Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Jangan berhenti

lirik lagu laskar pelangi

Nidji
Laskar Pelangi lyrics

Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya

Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Raih bintang di jiwa

Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersukurlah pada yang kuasa
Cinta kita di dunia

Selamanya...

Cinta kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita

Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Jangan berhenti